Hanya 30 Persen Terumbu Karang dalam Kondisi Baik
Kondisi terumbu karang di sisi timur perairan Pulau Tangah, Kota
Pariaman, Sumatera Barat, Minggu (22/1/2012) yang relatif ditutupi
sedimen didominasi terumbu karang jenis Montipora sp. dengan bentuk
hidup lembaran daun (foliose). Dominannya terumbu karang jenis itu
disebabkan kondisi ekstrem perairan yang membuat relatif tidak
beragamnya jenis terumbu karang yang bisa hidup.
Hal itu terungkap dalam Workshop Segitiga Terumbu Karang di Manado, Sulawesi Utara, Kamis (12/4/2012). Kegiatan yang dilaksanakan oleh Balai Taman Nasional Bunaken itu diikuti sejumlah pemerhati terumbuh karang dari sejumlah daerah di Indonesia timur.
Ari Rondonuwu dari Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Sam Ratulangi, yang melansir data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menyebutkan, hanya 30 persen terumbu karang dalam kondisi baik, 37 persen dalam kondisi sedang, dan 33 persen rusak parah.
Pemantauan terumbu karang dilakukan di 77 daerah yang tersebar dari Sabang hingga Kepulauan Raja Ampat. "Data ini mencemaskan mengingat posisi Indonesia sebagai pemimpin Coral Triangle Initiative (CTI) dari enam negara yang memiliki terumbu karang," kata Ari. Enam negara anggota CTI adalah Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Niugini, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste. Sekretariat CTI berada di Manado.
Sebagian besar terumbu karang dunia, sekitar 55 persen, terdapat di Indonesia, Filipina, dan Kepulauan Pasifik; 30 persen di Lautan Hindia dan Laut Merah; 14 persen di Karibia; dan 1 persen di Atlantik Utara.
Meyti Mondong dari Conservation International Indonesia mengungkapkan, kerusakan terumbu karang dilakukan oleh oknum warga pesisir yang menangkap ikan menggunakan bom dan potasium. Hal itu terlihat di banyak daerah di Indonesia timur.
Ia juga menyebut pesisir dan laut di Raja Ampat menghadapi ancaman dari aktivitas daratan yang kurang memperhatikan ekosistem laut. Sejumlah pembangunan jalan lingkar pulau dan pelabuhan tidak cukup menyediakan jalur hijau sebagai penyangga sedimentasi ke laut.
Menurut Meity, diperlukan solusi menahan laju kerusakan terumbu karang dengan meningkatkan pengawasan di laut serta sosialisasi terus-menerus terhadap warga pesisir akan pentingnya terumbu karang dalam kehidupan manusia.
Fungsi terumbu karang adalah sebagai tempat tinggal serta tempat berkembang biak dan mencari makan ribuan jenis ikan, hewan, dan tumbuhan laut. Terumbu karang juga merupakan pelindung ekosistem pantai karena akan menahan dan memecah energi gelombang sehingga mencegah terjadinya abrasi dan kerusakan di sekitarnya.
Diperkirakan setiap terumbu karang yang sehat dapat menghasilkan 25 ton ikan per tahun. Sekitar 300 juta orang di dunia menggantungkan nafkahnya pada terumbu karang.