Rabu, 29 Februari 2012

Eksistensi Penyu di Aceh Terancam
 Penyu belimbing.
BANDA ACEH - Koordinator Sahabat Laut, Ratno Sugito, mengatakan bahwa populasi penyu di perairan Aceh terus menurun terancam punah akibat masih maraknya perburuan oleh masyarakat dan gagalnya pementasan telur.
"Setiap tahun, populasi berbagai jenis penyu terus menurun antara 20 hingga 30 persen sehingga perlu perhatian dari seluruh elemen baik masyarakat maupun pemerintah agar kelestraikan hewan itu tetap terjaga," kata Ratno, Rabu (29/2/2012).
Koordinator tim pemantauan penyu jaringan Koalisi Untuk Advokasi Laut Aceh (KUALA) mengatakan bahwa sebelum tsunami 26 Desember 2004, Aceh memiliki wilayah peletakan telur penyu. Namun, wilayah itu berkurang sejak kejadian tsunami.
Saat ini, dengan masih banyaknya perburuan, eksistensi penyu di Aceh menjadi semakin terancam.
Berdasarkan pantauan jaringan KUALA, di Pasie Lange terdapat tiga jenis penyu yang sering bertelur yakni penyu Belimbing, penyu Hijau dan penyu Sisik.
"Sekitar 20 tahun lalu penyu-penyu itu bertelur hingga 10 indukan, kini hanya tinggal dua hingga tiga indukan, kami khawatirkan lima hingga 10 tahun mendatang kawasan ini tidak akan disinggahi penyu lagi," kata Rahmad.
Saat ini, terdapat tujuh jenis penyu di wilayah perairan Indonesia yakni penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Pipih (Natator depressus), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Tempayan (Caretta caretta) dan Penyu Lekang/Sisik Semu (Lepidochelys olivacea).
Ratno menyerukan pentingnya menghentikan perburuan penyu dan telur penyu untuk menjaga eksistensi satwa tersebut.

Selasa, 28 Februari 2012

Empat Orangutan Dilepasliarkan di Bukit Batikap
 
Konservasi Orangutan - Orangutan (Pongo pygmaeus morio) berusia tujuh tahun bermain di dalam areal konservasi di Kebun Raya Universitas Mulawaman Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (23/11/2011). Terdapat 11 ekor orangutan di dalam areal konservasi ini. Terkuaknya pembunuhan orangutan di dalam areal perkebunan kelapa sawit di Desa Puan Cepak, Kabupaten Kutai Kartanegara, mengancam keberadaan satwa dilindungi ini di Kalimantan Timur. 

JAKARTA - Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) bekerja sama dengan Kementerian Kehutanan, Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah, Pemkab Murung Raya dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan melepasliarkan 4 ekor orangutan pada Selasa (28/2/2012).
Keempat orangutan tersebut adalah bagian dari 40 orangutan yang telah direhabilitasi yang akan dilepasliarkan pada tahun 2012. Empat orangutan dilepasliarkan di Kawasan Hutan Lindung Batikap, Kalimantan Tengah.
Pelepasliaran ini akhirnya berhasil direalisasikan setelah sekian lama tak bisa dilaksanakan karena Program Reintroduksi Orangutan Kalimantan Tengah Nyaru Menteng menghadapi kendala minimnya lahan hutan yang tersedia.
"Setelah pelepasliaran 4 orangutan ini, pada akhir Maret 2012 Yayasan BOS akan melepasliarkan 12 orangutan lagi," kata Direktur BPSF, Jamartin Sitihe, dalam email kepada Kompas.com, Selasa hari ini.
Jamartin mengingatkan bahwa berdasarkan Rencana Aksi Konservasi Orangutan 2007-2017, semua orangutan yang ada di pusat rehabilitasi harus sudah dilepasliarkan pada tahun 2015. Saat ini, masih ada 600 ekor orangutan yang tersisa di pusat rehabilitasi. Ia mengatakan, komitmen dibutuhkan sehingga lahan dan biaya pelepasliaran tersedia untuk mendukung pencapaian target.

Senin, 27 Februari 2012

Seekor Harimau Dahan Berhasil Diselamatkan dari Jerat
Bella, harimau dahan yang disita dari pemiliknya di Kabupaten Bungo, Jambi, kini berada dalam kandang sementara di kantor Frankfurt Zoological Society, Kota Jambi. Harimau ini tidak dapat dilepasliarkan secara cepat karena masih dijadikan barang bukti proses hukum. 

PADANG - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat menyelamatkan seekor harimau dahan (Neofelis nebulosa) yang berumur lebih kurang 1,5 tahun di kawasan hutan Asam Pulau, Kabupatan Padang Pariaman.
Wakil Kepala Satuan Kepolisian Hutan BKSDA Sumbar Zulmi Gusrul di Padang, Senin (27/2/2012), mengatakan, harimau dahan yang diselamatkan tersebut didapatkan di salah satu rumah warga, setelah sebelumnya terjerat di kawasan hutan daerah itu.
"Harimau itu ditemukan Jumat (24/2/2012) di rumah warga dan kita perkirakan sudah terjerat oleh jerat landak yang dipasang warga sejak tiga hari sebelumnnya. Karena kondisi yang lemah kemudian kita bawa untuk perawatan di BKSDA Sumbar. Ini merupakan temuan pertama dalam tahun 2012 oleh BKSDA," kata Zulmi.
Zulmi mengatakan, akibat jeratan tersebut, kaki kanan depan satwa dilindungi itu mengalami pembusukan dan harus diamputasi. Amputasi telah dilakukan Minggu (26/2/2012) dan kini harimau tersebut masih dalam pemulihan. Jika kondisi membaik, harimau dahan akan dibawa ke Taman Marga Satwa Kandih, Kabupaten Sawahlunto.
BKSDA meyakini, hutan tempat ditemukannya harimau dahgan tersebut masih memiliki populasi harimau dahan cukup banyak. Pihak BKSDA akan terus melakukan sosialisasi tentang perlunya konservasi harimau dahan.
Pada tahun 2011, harimau dahan berumur 5 tahun juga pernah ditemukan di Koto Ranah Kelurahan Bayang Utara, Kabupaten Pesisir Selatan.

Jumat, 24 Februari 2012

LSM Desak Pengusutan Kasus Jerat Harimau
Dua dari 12 individu harimau Sumatera yang terakam kamera otomatis yang dipasang WWF dan PHKA di Bukit Tigapuluh, Jambi. 
BENGKULU - Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi mendesak pihak berwajib mengusut maraknya aksi perburuan liar terhadap Harimau Sumatera (Phantera tigris sumatrae) di wilayah Bengkulu.
"Dalam tahun 2012 ini sudah dua kasus harimau terjerat, bahkan satu diantaranya mati karena tidak dapat diselamatkan," kata Koordinator KKI Warsi Bengkulu Nurkholis Sastro, di Bengkulu , Jumat (24/2/2012).
Nurkholis mengatakan, perburuan liar terhadap satwa langka tersebut harus diusut sebab termasuk tindakan melanggar hukum.
Kajian KKI Warsi menunjukkan, kasus pemasangan jerat terhadap harimau belum satu pun yang terungkap.
"Kami yakin dengan investigasi yang jelas, pasti kasus ini dapat terungkap, karena ini sudah menjadi kejahatan terorganisir," tegasnya.
Apalagi, sebagian besar jerat yang dipasang pemburu berada di dalam Hutan Lindung termasuk yang baru ditemukan beberapa hari lalu di Hutan Produksi Air Rami.
Nurkholis mengungkapkan, tingginya perburuan menjadi penyebab menurunnya populasi satwa langka dilindungi tersebut, selain penghancuran terhadap habitatnya.
Sebelumnya, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu mengamankan seekor harimau Sumatera yang terkena jerat pemburu liar di kawasan HP Air Rami, Kabupaten Bengkulu Utara.
Harimau betina yang ditemukan itu berhasil diselamatkan, namun beberapa jari kakinya harus diamputasi.
Kondisi harimau tersebut berbeda dengan yang ditemukan di Kabupaten Lebong sebulan lalu dimana sekujur tubuhnya mengalami luka serius akibat diduga dihujani tombak pemburu liar hingga tembus pada bagian jantung dan akhir mati.

Senin, 20 Februari 2012

Petugas Taman Nasional Meru Betiri Telusuri Jejak Harimau Jawa
Harimau Jawa 
JEMBER - Petugas Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) menelusuri kembali jejak harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) sejak Januari-Februari 2012 di kawasan hutan setempat yang berada di Kabupaten Jember dan Banyuwangi, Jawa Timur.

Kepala Balai TNMB, Bambang Darmadja, Senin (20/2/2012), mengatakan, petugas TNMB sudah memasang lima kamera trap secara bertahap di tiga Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) untuk mengungkap keberadaan Harimau Jawa yang sudah dianggap punah tersebut di Meru Betiri.

"Banyak kalangan yang sudah menganggap punah harimau Jawa, sehingga kami berusaha untuk membuktikan bahwa hewan langka itu masih ada di Meru Betiri dengan pemasangan kamera trap itu," tuturn Darmadja di Kantor TNMB di Jember.

Pemasangan kamera trap selama dua bulan difokuskan di tiga SPTN yang meliputi SPTN I Sarongan Kabupaten Banyuwangi, SPTN II Ambulu Kabupaten Jember, dan SPTN III Kalibaru Kabupaten Banyuwangi.

"Lima kamera trap itu dipasang di beberapa lokasi yang diprediksi menjadi kawasan berkeliarannya hewan karnivora besar itu. Tim juga melibatkan peneliti harimau Jawa untuk menentukan lokasi pemasangan kamera trap di Meru Betiri," tambah Darmadja.

"Setelah dilakukan penelusuran dengan memasang kamera di sejumlah lokasi dari lahan TNMB seluas 58 ribu hektare, maka petugas akan memfokuskan di beberapa titik saja yang diduga kuat menjadi habitat harimau Jawa," papar Darmadja.

Koordinator Tim Ekspedisi Carnivora Besar TNMB, Alif Olia Ananda, mengatakan beberapa hal yang perlu disiapkan dalam pemasangan kamera trap yakni faktor keamanan dalam menjaga kamera itu. Beberapa tahun lalu kamera untuk memotret harimau Jawa itu hilang, sehingga perlu adanya antisipasi sejak dini.

Darmadja menjelaskan, Tim Ekspedisi Karnivora Besar TNMB akan mengumpulkan sejumlah data sekunder tentang keberadaan harimau Jawa di Meru Betiri berupa jejak, kotoran, dan cakaran untuk mendukung data primer dalam pemasangan kamera trap tersebut.

Selasa, 14 Februari 2012

Valentine, Kasih Sayang Bagi Orangutan
 Seperti inilah sang induk orangutan berusaha melindungi anaknya ketika mereka akan dibunuh pemburu di Kalimantan.
JAKARTA - Hari Valentine yang diperingati setiap 14 Februari atau yang jatuh hari ini biasa digunakan manusia sebagai momen untuk berbagi kasih sayang. Namun, mendekati momen Valentine tahun ini, orangutan yang berbagi 97 persen materi genetik dengan manusia justru tersiksa. Padahal primata-primata inilah yang justru butuh kasih sayang.

"Tanggal 7 Februari lalu, kita menemukan 3 ekor bayi orangutan yang kondisinya sangat mengenaskan. Mereka berumur 1,5 - 3 tahun. Sudah terbukti ada penganiayaan tapi untung saja mereka tidak mati," kata Daniek Hendarto dari Center dor Orangutan Protection (COP).

Dihubungi Selasa (14/2/2012), Daniek mengungkapkan bahwa salah satu dari orangutan tersebut mengalami luka serius. "Ada luka di telapak tangan yang menganga, bukti kalau itu tertebas pedang. Salah satu mata orangutan bahkan terancam buta karena tersiram cairan panas."

Orangutan tersebut ditemukan di salah satu hutan di kawasan Kalimantan Timur. Saat ini, tim COP tengah menelusuri asal muasal 3 ekor orangutan yang ditemukan seminggu lalu tersebut untuk ditindaklanjuti.

Masih berlanjutnya kasus penganiayaan terhadap orangutan, membuat COP mengadakan aksi di Yogyakarta. Tim COP yang terlibat mengenakan kostum orangutan, membentangkan spanduk bertuliskan "Love for Else Species" dan membagikan pisang.

"Kami mengajak masyarakat untuk memahami bahwa cinta bukan hanya terbatas pada spesies manusia saja, tetapi juga bagi spesies lain seperti orangutan. Orangutan saat ini masih terancam oleh pembabatan hutan untuk kelapa sawit," kata Daniek.

Jumat, 03 Februari 2012

Momen Mengharukan Saat Orangutan Lepas Liar
 Seperti inilah sang induk orangutan berusaha melindungi anaknya ketika mereka akan dibunuh pemburu di Kalimantan.
JAKARTA — Tim Gabungan Restorasi Habitat Orangutan Indonesia (RHOI), Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF), dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) berhasil melepasliarkan dua ekor orangutan pada 25 Januari 2012.

Dua orangutan yang dilepasliarkan adalah induk dan anak yang diberi nama Suci dan Sri. Keduanya adalah orangutan yang ditemukan di kawasan perkebunan PT Balacak Himba Bahari (BHB) pada tanggal 22 Januari 2012.

Ada momen mengharukan saat tim akhirnya berhasil melepasliarkan Suci dan Sri. Ekspresi kedua orangutan itu saat lepas liar jauh berbeda dengan ekspresinya saat ditemukan di dekat area semai perkebunan.

Dr Aldrainto Priadjati, Deputi Direktur RHOI, mengatakan, saat ditemukan, orangutan tampak kelelahan. Orangutan memeluk anaknya. Sementara di sekelilingnya, orang-orang membawa parang dan tali.

Ekspresi berbeda ditunjukkan saat lepas liar. "Begitu mencium bau hutan, orangutan yang kita bius lalu tersadar. Induk dan anaknya spontan langsung memanjat pohon," ungkap Aldrianto dalam konferensi pers, Kamis (2/2/2012).

"Kita sampai khawatir karena orangutan belum sadar penuh. Akhirnya kita tunggu karena kita khawatir orangutan akan jatuh," tambah Aldrianto.

Aldrianto mengungkapkan, momen tersebut sangat mengharukan. Orangutan seperti kembali ke rumahnya. Video di bawah menggambarkan momen tersebut.

Suci dan Sri dilepasliarkan di hutan Kehje Sewen, Kalimantan Timur. Selain keduanya, masih banyak orangutan yang menunggu untuk dilepasliarkan. Di pusat rehabilitasi, ada 850 ekor orangutan yang harus dikembalikan ke alam.

Pelepasliaran orangutan menyisakan masalah. Lahan terbatas dan butuh biaya miliaran untuk menyewa hutan serta mengirim orangutan ke hutan. Butuh keberpihakan banyak pihak, termasuk pemerintah dan kalangan bisnis, untuk mengatasinya.

Kamis, 02 Februari 2012

Dua Orangutan Selamat dari Maut
Seperti inilah sang induk orangutan berusaha melindungi anaknya ketika mereka akan dibunuh pemburu di Kalimantan. 
JAKARTA - Tim rescue orangutan dari Restorasi Habitat Orangutan Indonesia (RHOI), Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur berhasil menyelamatkan dua ekor orangutan dari maut.
Dua ekor orangutan tersebut adalah sepasang induk dan anak. Keduanya dijumpai di kawasan perkebunan sawit PT Bakacak Himba Bahari (BHB) pada tanggal 22 Januari 2012 saat tim melakukan program penyelamatan dan pelepasliaran.
"Saat ditemukan, kami melihat orangutan itu sedang memeluk anaknya. Lokasi penemuan ada di dekat persemaian perkebunan kelapa sawit," kata Dr Aldrianto Priadjati, Deputi Direktur RHOI dalam konferensi pers, Kamis (2/2/2012).
Aldrianto mengatakan, orangutan dan anaknya tampak mengenaskan. "Induk tampak kelelahan karena sudah dikejar-kejar semalaman orang yang bukan berasal dari wilayah setempat," tambah Aldrianto yang juga ketua tim penyelamatan dan pelepasliaran.
Keberhasilan penyelamatan adalah sebuah keberuntungan. Saat ditemukan, orangutan tengah dikepung manusia yang membawa tali dan parang. Jika tim penyelamat terlambat 10 menit saja, orangutan mungkin akan menjadi bangkai.
"Setelah menemukan, kami langsung membius induk. Kemudian kita bawa dan kita pasangi chip. Gunanya agar kita bisa melakukan pemantauan pada orangutan tersebut setelah dilepasliarkan," papar Aldrianto.
Orangutan yang berhasil diselamatkan kemudian dilepasliarkan ke hutan Kejeh Sewen yang menjadi lokasi pelepasliaran. Hutan ini berlokasi di Kalimantan Timur dan merupakan areal yang telah dipersiapakan untuk pelepasliaran orangutan.
Aldrianto menceritakan, butuh waktu 4 hari untuk melepasliarkan orangutan ini. Biaya yang diperlukan pun tak sedikit sebab tim harus menyewa mobil dan memenuhi kebutuhan lain agar bisa sampai ke lokasi pelepasliaran.
Pelepasliaran orangutan menyisakan momen mengharukan. "Begitu mencium bau hutan, orangutan yang kita bius lalu tersadar. Induk dan anaknya spontan langsung memajat pohon. Ini sangat mengharukan," tutur Aldrianto.
Aldrianto mengatakan, penyelamatan dan pelepasliaran ini hanya salah satu bagian dari upaya BODF dan RHOI. April mendatang, tim beranggotakan 6 orang akan kembali ke hutan untuk kembali melakukan program penyelamatan dan pelepasliaran.
Pelepasliaran bukannya tak menyisakan masalah. Belum ada jaminan pasti bahwa pelepasliaran akan membuat orangutan aman. Hutan terfragmentasi dan terus dieksploitasi. Orangutan bisa saja kelaparan atau dibunuh.
Butuh upaya serius untuk menjaga kelestarian orangutan. Bungaran Saragih dari BOSF mengusulkan adanya Corporate Biodiversity Responsibility sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan. Kewajiban ini harus terpisah dari Corporate Social Responsibility.
Orangutan yang dilepasliarkan diberi nama Suci (induk) dan Sri (anak), diambil dari nama pakar primata Indonesia Dr Sri Suci Utami. Induk orangutan berusia sekitar 25 tahun sementara anak berusia 6 tahun.

Rabu, 01 Februari 2012

Badak Sumatera Tersisa 200 Ekor di Dunia
 Badak sumatera
SUKADANA — Hewan khas badak sumatera (Dicherorhinus sumatrensis) kini sangat terancam punah. Populasinya di seluruh dunia kini hanya tersisa 200 ekor.
Dari jumlah itu, sebagian dirawat intensif di sejumlah kebun binatang dunia, seperti di Amerika Serikat dan Malaysia.
"Di AS ada tiga ekor yang berada di kebun-kebun binatang, lalu ada tiga ekor lainnya di Sabah, Malaysia. Sisanya di alam liar, tapi jumlahnya terus menurun," tukas Dedi Chandra, Manajer Suaka Rhino Sumatera (SRS) Yayasan Badak Indonesia, di Taman Nasional Way Kambas, Rabu (1/2/2012).
Di TN Way Kambas, jumlah badak sumatera kini tidak hanya sekitar 30 ekor. Mereka pun sangat jarang ditemui karena hewan pemakan tumbuhan browser ini terkenal sangat pemalu dan hidup soliter.
Menurut Dedi, perlu upaya luar biasa untuk melestarikan badak sumatera. Salah satunya lewat perkembangbiakan di tempat penangkaran semi-insitu seperti di SRS Way Kambas.
Jika tidak ada upaya khusus, bukan tidak mungkin hewan unik ini punah, seperti halnya saudara sepupu mereka, yaitu badak sumatera utara (Dicherorhinus sumatrensis lasiotis).